Ini bukan review cuma cerita saya waktu nonton dan sedikit pendapat saya tentang film ini ^.^
Akhirnya nonton juga film "The Accountant" ini, setelah beberapa kali gagal nonton. Rencana awal nonton hari Selasa di Djakarta XXI sama Rifky, tapi apa daya yaa pas mau beli tiket kursi yang tersisa cuma deretan paling depan, jadinya skip dulu. Ga nyangka juga bakalan sepenuh itu, soalnya kan hari kerja dan filmnya memang baru main, kebetulan di Djakarta XXI ga bisa dibeli pake Mtix, jadi yaa sudah lah bukan rejeki.
Lalu coba cari partner lain buat nonton, kepikiran lah Ima, my roomate, dia mau sepakat nonton hari Jum'at. Tapi karena ada kejadian luar biasa yang mana kemungkinan hari Jum'at ga bisa pulang on time dibatalin lagi deh rencananya, coba dimajuin Kamis, Ima ga bisa, nekat pengen nonton di Depok aja, ehhhh belum main, hehehehe. Tapi alhamdulillah Jum'at bisa juga nonton sama Ima, barang yang ditunggu-tunggu kedatangannya tepat 16.30 selesai diangkut ke tempat yang aman, jadi aku bisa ninggalin kantor tepat waktu ^.^
Janjian sama Ima nonton di Metropole, bisa dibeli pakai Mtix jadi ga takut keabisan tiket lagi dan lokasinya dekat stasiun, kita pilih yang abis maghrib 18.10. Ima dari jam 5 sore udah sampai, aku yang kesusahan cari gojeg baru sampai 30 kemudian, maapkeun ga bermaksud ngaret..... Di sana ketemu sama Timmy dan istrinya, bisa sebelahan gitu lho duduknya, dulu sekantor, sekarang pindah ke dinas lain, sayang kemarin lupa ga foto.
Harapannya nonton film ini itu bisa tahu keseharian seorang akuntan, nama pun aku kuliah jurusan akuntansi yang passion-nya pengen kerja sebagai auditor atau akuntan dalam arti yang sebenarnya. Bahkan salah satu mimpi terpendamku adalah bikin cerita tentang akuntan/auditor dan itu aku tulis di form pengajuan beasiswa yang disponsori General Electric, cuma sayangnya gagal semua, hehehehe.
Okay balik ke film..... (Ga banyak juga sihh yang bisa diceritain ^.^)
Menurut aku yaa judul The Accountant itu ga menggambarkan isi film, intinya mahh lebih ke autis dan tembak-tembakan dalam rangka bunuh-membunuh. Iyess ga sesuai dengan ekspektasi, padahal kebayang itu si Ben Affleck dengan kemampuan accounting-nya bisa memecahkan kasus-kasus yang sulit dipecahkan polisi. Tapi secara umum filmnya bagus koq, penuh teka-teki, ga gampang ketebak alur ceritanya.
Jadi si Christian Wolff (Ben Affleck) ini adalah seorang ahli matematika yang entah bagaimana di film ga diceritain bagaimana dia bisa jadi akuntan, awalnya dia jadi tentara gitu, karena ada kejadian waktu ibunya meninggal dia di penjara. dan di penjara ini dia belajar mengenai keuangan (mungkin juga akuntansi) dari temannya Francis sewaktu di penjara. Wolff ini mengidap autisme, pernah dengar kan kalau manusia dengan autis memiliki potensi yang luar biasa, begitu juga dengan si Wolff ini. Hebat lahhh dia kemampuan matematika dan menembaknya, fokusnya terhadap sesuatu luar biasa, tembakannya ga ada yang meleset. Kekurangan dia adalah cenderung dingin terhadap orang lain, dia ga bisa bersosialisasi dengan baik, jadi yaa gitu dia hidup sendiri. Pesan utama yang aku tangkap sihh lebih dari sisi autismenya. Ini kan film thriller, penggugah jiwa itu, jadi yaa baik-baik lah sama anak/teman kita yang autisme, pahami dia lebih dibanding yang normal, hehehehe
Suatu hari Wolff diminta untuk menginvestigasi catatan keuangan perusahaan robot, dimana diduga terdapat kebocoran dana ke orang tertentu. Mulai bekerja lah dia, ditunjukkanlah kemampuannya terhadap angka dalam waktu semalam. Sebelum dia berhasil menyelesaikan pekerjaannya, pemilik perusahaan menghentikan proses investigasi dan pada akhirnya membuatnya terjebak dalam kasus pembunuhan yang mempertemukannya dengan adiknya.
Segitu aja cerita dari aku, yang penasaran monggo ditonton filmnya, hehehe
Salam
.
.
.
Poedjie