Ceritanya jam segini belum bisa tidur padahal hujan deras mengguyur Kalimulya dan sekitarnya, harusnya sihh tidur nyenyak dengan back sound gemericik suara hujan dari luar sana :)
Berhubung mata masih terang benderang dan lagi ogah baca buku, terus keingetan status teman yang intinya "ada seorang anggota organisasi Islam yang menyuarakan muamalah bebas riba, justru bekerja di bank sebagai analis kartu kredit"
Dan ada komentar di status tersebut yang intinya "jangan membicarakan kekurangan orang lain di ruang publik, bisa jadi ia ga punya pilihan lain, mendapatkan pekerjaan tidak lah mudah, namun dituntut untuk menghidupi keluarga, mau usaha modal belum ada".
Aku setuju banget sama komentar tersebut, ga perlu lahh kita men-judge orang lain yang intinya ga konsisten atau ga istiqomah. Meskipun aku sendiri pernah punya pengalaman serupa, dan pada saat itu men-judge yang kurang baik. Jadi ada rekan di kampus yang aktif di organisasi Islam juga, ehmm kita menyebutnya ikhwan taat gitu deh (ga kayak aku akhwat kurang taat, hehehe), yang sudah pasti memegang teguh perihal halal-haram. Dia pernah bilang ke aku "ji, kamu tahu Mas A (senior) sekarang kerja di bank, bagaikan menjilat ludah sendiri" Aku no comment. Sekitar 2 tahun lalu aku dengar dari seorang sahabat cerita ikhwan taat ini resign di tempat kerja yang lama dan bekerja di sebuah bank. Dalam hati mbatin "apa bedanya dia sama Mas A? Bukannya sama-sama menjilat ludah sendiri?"
Nama pun manusia yaaa, jarang bisa tetap pada satu pendirian atau konsisten antara perkataan dan perbuatan. Urusan "perut" akan mendorong seseorang melakukan apa pun agar urusan tersebut tetap sejahtera. Aku pernah baca di novel 99 Cahaya di Langit Eropa, ada seorang muslim yang bekerja di sebuah restoran yang menjual makanan berbahan dasar daging babi, setiap hari dia memegang daging babi, Hanum, pengarang novel tersebut tentu prihatin dengan keadaan itu, ia teringat perkataan ayahnya, Amien Rais "kita tidak bisa memaksa orang lain untuk mengikuti apa yang kita mau (dalam ini bermuamalah sesuai syariat Islam), selama kita tidak bisa menjamin kesejahteraan 'perut' mereka".
Wew.... benar adanya perkataan itu. Kita seharusnya ga men-judge orang lain mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan agama kalau kita belum bisa memberi solusi yang tepat. Don't judge the other by your thought, because you never in their shoes. Allah yang berhak men-judge.... Kita yang Insya Allah menyadari masalah ini harus menghindari pekerjaan yang berhubungan dengan sesuatu yang dilarang Allah, mengingatkan mereka yang terpaksa ga bisa menghindari pekerjaan itu boleh tapi tidak menghakimi. Akan lebih baik kalau kita mendoakan agar mereka segera mendapatkan pekerjaan yang diridhai Allah. Semoga kita mendapatkan keberkahan dari hasil pekerjaan yang kita jalani, aamiin....
Aku sendiri bingung sihhh meskipun ga kerja di bank, tapi menggunakan jasa perbankan konvensional, fasilitas bank syariah belum secanggih bank konvensional yang internet dan mobile bankingnya bermanfaat banget. Menurut teman-teman gimana?
.
.
.
Ayoo tebak berapa kali aku nulis "yang intinya"? Sinonimnya apaan yaaa, biar diksinya makin banyak? Huehehehe
Ayoo tebak berapa kali aku nulis "yang intinya"? Sinonimnya apaan yaaa, biar diksinya makin banyak? Huehehehe
Selamat beristirahat temans..... :)