Beberapa bulan yg lalu aku ke toko sama sahabat semasa SMA, Evi namanya. Muter sana muter sini tertarik sama bukunya Oki Setiana Dewi yang ini
dan bukunya Febrianti Almeera yang ini
Waktu itu ceritanya malaikat lagi mendatangi seraya berbisik berbisik "Ayo djie beli bukunya, sapa tahu bisa jadi manusia yg lebih baik lagi akhlaknya" hahahahaha
Setelah diskusi sama Evi, dipilihlah buku kedua dengan harapan bisa jadi "Great Muslimah" yg seutuhnya, selain itu buku ini dilengkapi CD lagu gitu, jadi nambah value itu buku :)
Eniwei baswei aku bukan mau review ini buku, cuma mau menulis ulang salah satu bab yg menurut aku bagus, tentang jodoh saudara-saudara..... hehehehehe
Yuuukkkk mari disimak cyinnnn :)
#PANGERAN SURGA
Di dalam hatiku
tertulis harapan terindah
Yang selalu
kupinta lirih dalam doaku
Kau mungkin
rahasia
Kunanti dalam
ketaatan
Kupantaskan
diriku di hadap-Nya
Berharap penuh
keikhlasan
Kau menjadi
Pangeran Surgaku
Kita merajut
mimpi dalam pernikahan suci
Kabulkanlah…..
Kuyakin namamu
ada dalam masa depanku
Menguji
kesabaranku melangkah….. menunggu……..
Di tengah hiruk
pikuk kehidupan, ada muslimah-muslimah yg di tengah keramaian justru merasakan
kesepian. Mereka para muslimah yg setiap malamnya penuh harapan-harapan
kehangatan sanubari, yg tak kunjung terisi. Merekalah muslimah yg dalam sujud
dan doanya, menengadahkan tangan ke atas, berbisih lirih kepada Ilahi Rabbi
dengan hati tertunduk malu.
“hasbiyallah….. cukuplah Engkau bagiku. Tapi, ya
Rabb…. Sesungguhnya Engkau Mahatahu, betapa besar rasa rinduku atas sosok
Pangeran Surga, pilihan-Mu. Dialah yg kuharapkan mampu melengkapi separuh
keimananku, melesatkan diri dalam perjuangannya denganku, dan membersamaiku
dalam perjalanan menuju surge-Mu. Sungguh aku mengharapkannya dalam ketaatanku
kepada-Mu.”
Mereka para
muslimah yg sedang menanti dalam ketaatan, yg luar biasa pandai menyembunyikan
rasa ingin menikahnya dalam kesabaran. Sungguh, sebuah penantian yg sangat
mulia dalam memyambut Sang Pengeran Surga terbaik pilihan Allah Swt.
Subhanallah.
Meski kerinduan
akan pasangan hidup semakin hari semakin menguat, ia tidak sibuk
mencari-cari, melainkan sibuk
meningkatkan kualitas diri. Memantaskan di hadapan-Nya, bukan di hadapannya.
Hari demi hari ia gunakan untuk tafakur diri, meluruskan segala niat dalam hati
hanya karena Ilahi Rabbi.
Sesungguhnya
gelisah melanda setiap hari, tapi sabar dan shalat meredam hawa nafsu yg tak
terkendali. Syukur Alhamdulillah. Ia sangat yakin Allah Mahatahu kapan terbaik
menurut-Nya, dan siapa yg terpantas menurut-Nya. Segala resah insya Allah
menuai berkah, hingga tiba hari yg indah. Berserah hanya kepada Allah, memohon
ridha bagi kami yg menanti dalam taat.
Ketika sepasang
manusia sudah ditakdirkan berjodoh oleh-Nya, tak perlu risau bagaimana
mempertemukan mereka, sebab Allah sudah mengaturnya dengan seksama, tanpa cela.
Izinkan hanya Allah yg menjadi Sutradara terhebat dalam mempersatukan mereka yg
sudah saling menanti sekian lama, dalam ikatan suci bernama pernikahan.
Sebab bila Allah
berkehendak, tidak ada yg bisa mengelak. Bila Allah sudah mengizinkan, tak
sulit bagi-Nya menyegerakan perjumpaan. Tapi, bila Allah tidak menakdirkan,
akan selalu ada jalan untuk memisahkan keuda insan, baik suka ataupun tidak.
Demi kebaikan. Ikhlaskan.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat
baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah :
216)”
Sungguh, Allah
lebih mengetahui yg kita butuhkan, meski mungkin bukan yg kita inginkan.
Janganlah melanggar batas syariat dalam menggapai pernikahan berkah, misal,
melalui pacaran. Sebab, tidak mungkin ada pacaran tanpa berkhalwat. Dan
berkhalwat antara dua orang bukan mahram itu sama dengan mendekati zina.
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina
itu adalah suatu perbuatan keji dan suatu jalan yg buruk (QS. Al-Isra :32)
Mustahil
mengharapkan keberkahan pernikahan melalui jalan yg tidak Allah sukai.
Berhati-hatilah saat cinta menyelusup halus ke dalam hati tanpa disadari,
sebelum terikat oleh perjanjian suci, sebab bisa jadi hanyalah tipu daya setan
yng mengiming-imingi diri dengan cinta yg belum pasti.
Jangan sampai
Allah menahan pertemuan kita dengan Pangeran Surga yg sesunguhnya, sebab hati
kita sudah terlanjur tertaut terlebih dahulu kepada ia yg membawa cinta palsu.
Sebetulnya,
cinta itu tidak buta, tapi melumpuhkan logika. Dan hanya Allah Pengobat segala
rasa, yg masih menunda kehadirannya. Bersabar dalam harap. Maka, bersatulah
hanya karena Allah dan berpisahla hanya karena Allah. Semoga Allah memberikan
karunia-Nya bagi setiap hamba yg menggantungkan harapan akan pertemuan mulia
bernama pernikahan, kepada Allah semata.
Jika sudah
terlanjur menjalani cinta yg belum halal, hanya ada dua pilihan halalkan atau
putuskan. Adalah wajar bila sebuah perpisahan terasa menyakitkan, itu sangat
manusiawi. Tetapi, bila perpisahan tersebut dilakukan karena Allah, itu
merupakan sebuah kemuliaan diri yg akan membuka pintu-pintu kesempatan lain
bagi sang Pangeran Surga yg sesungguhnya tengah Allah persiapkan untuk
membersamai kita, melengkapi kehidupan kita.
Jagalah hati
kita, selayaknya Pangeran Surga yg kita harapkan sedang menjaga hatinya untuk
kita. Bayangkan ia yg sedang menantikan pertemuannya dengan kita adalah seorang
Pangeran Surga yg sangat mengharapkan Bidadari Surga terbaik, yg mampu menemani
langkah demi langkah di sisa kehidupannya menuju surga Allah.
Tegakah kita
memberikan ia persembahan diri yg tidak mampu dijaga dengan baik sebelum
pertemuan mulia itu berlangsung, sementara Pangeran Surga kita selalu sibuk
membenahi diri dalam menyambut pertemuannya dengan kita?
Percayalah,
tidak akan ada upaya taat kita yg tidak menuai ridha dan keberkahan dari Allah
SWT. Bersabarlah dalam harap, menanti dalam taat, sampai tiba waktu yg tepat,
dipertemukannya diri dengan sang Pangeran Surga pilihan terbaik-Nya.
“Aku akan menantimu dalam taat, tidak berharap
dipercepat, sebab aku percaya waktu yg tepat akan mengindahkan dunia juga
akhirat” #
.
.
.
Aku suka banget sama quote yg aku bold itu :)
Tapi entah kenapa aku kurang suka dengan penggunaan kata "Pangeran Surga", enaknya diganti apa yaaa? Ada ide?
Diambil dari
Buku Be a Great Muslimah oleh Febrianti Almeera Hal 102 - 107