Sep 26, 2012

Be Careful Ladies! "Sering Bohong Bikin Jebol Kantong"


Ini lagi bingung mo nulis apa, ehhh inget beberapa waktu yang lalu baca rubrik "atur uang" di majalah cita cinta edisi No. 19/X111 12 - 26 Septemberhasil pinjem dari bu atiek, mayan lho bisa diterapkan.
Berhubung lagi bingung juga mo ngapain ini, jadi iseng niey aku ketikin artikelnya. Awalnya c mau kasih linknya onlinenya aja, tapi ternyata ga ada di sana, jadi beneran niey tak ketikin :)

Banyak di antara kita yang selalu ngeluh bokek -- bahkan baru saja seminggu gajian. Ternyata, oh, ternyata... kebiasaan kita sendiri yang bikin keuangan berantakan. Kita terlalu sering membohongi diri sendiri demi membenarkan perilaku konsumtif. Nggak percaya? Yuk, cari tahu bersama Natalia Soeni, financial planner dari MoneynLove.

1. "Upgrade bujet untuk ponsel, ah, biar komunikasi dengan teman dan klien lebih lancar."
 Iya sih, kita jadi merasa leluasa untuk ngobrol, chatting, bahkan mengakses internet. Tapi biasanya, nih, setelang meng-upgrade bujet, kita bakal merasa kurang. Yang awalnya bujet untuk telepon dan SMS janya Rp 100 ribu, gara-garasering mengakses internet akhirnya malah berlangganan paket data 500 MB biar lebih hemat.
Dua bulan kemudian, bisa berubah lagi. Padahal kalau memang lebih sering ngobrol via WhatsApp atau BBM seharusnya, kan, bisamengurangi bujet pulsa.
Sebelum menaikkan bujet pulsa menurut Soeni, sebaiknya kita mengecek dulu kebutuhan pribadi. Kalau sering telepon mending pakai pascabayar agar tahu berapa lama kita habiskan untuk menelepon lewat print out pemakaian ponsel. Jangan ragu menyamakan provider ponsel dengan pacar atau ortu yang kerap kita telepon biar lebih murah. Paket internet unlimeted juga lebih hemat kalau kita doyan online.

--> Punya banyak nomer juga bikin biaya pulsa bengkak lho :)

2. "Mending tarik dana tunai dari ATM bersama daripada pusing mencari bang penerbit kartu ATM."
Ngaku deh, kita pasti pernah mengalaminya. Berhubung ogah ribet dan diburu waktu, kita rela tabungan dipotong sekitar Rp 5.000 saat ambil uang di ATM. Eits, kalau dalam sebulan kita bolak-balik ke ATM bersama hinggal sepuluh kali, ya, berasa juga, dong.
"Kalau untuk alasan emergency, sih, silakan mengambil di ATM Bersama. Tapi kalau belanja juga sampai kepepet, artinya nggak punya planning. Kalau sudah punya rencana belanja, kita pasti sudah tahu ketersediaan ATM di tempat tersebut atau minimal sedia uang tunai," saran Soeni.

--> Sepakat....... pake ATM bersama kalau kepepet aja. Makanya pilih Bank yang ATM-nya menjamur dimana-mana atau yang ga ada chargenya kalao tarik tunai di ATM bersama. Imbangi juga dengan memilih Bank yang biayanya administrasinya kecil atau free *hehehe ogah rugi
 

3. "Nggak masalah beli baju atau tas mahal, kan, kalau dipakai berkali-kali nanti juga impas"
Salah banget, tuh pemikiran ini. Semakin mahal barang yang kita beli, biasanya sih, kita semakin sayang untuk menggunakannya terlalu sering. Maklum, banyak ketakutan yang muncul: takut rusak, takut hilang, dan masih banyak lagi.
Biar nggak rugi -- bahkan melakukan pemborosan -- sebelum membeli sesuatu, Soeni mengajak kita berhitung untuk menilai barang tersebut.
"Misalnya dengan gaji Rp 3 juta, kita ingin membeli baju Rp 600 ribu . Kira-kira kita rela nggak hasil kerja selama lima hari untuk membeli barang tersebut? Perhitungan, Rp 3 juta dibagi 25 hari kerja sehingga 1 hari kita menghasilkan Rp 120 ribu.
"Lagi pula, bila barang mahal dipakai berkali-kali juga bakal rusak. Biasanya setelah dipikir-pikir lagi. nih, seseorang jadi nggak konsumtif, " tegasnya
 
--> Mungkin beli barang dengan kualitas yang bagus yaa, dimana memang identik dengan harga mahal. Tapi kalau mahal dan masa pakainya lebih lama why not. Kayaknya kalau punya bukannya sayang makenya deh, tapi malah tertantang ngebuktiin kualitasnya. 

4. "Bayar pakai kartu kredit dulu, deh. Kalau gajian langsung dilunasi."
Kenyataannya : kita selalu mencicil tagihan. Kadang malah hanya membayar minimum payment. Yang ada, utang kita makin numpuk! Nah, Soeni menyarankan agar kita memiliki rekening terpisah untuk membayar tagihan kartu kredit.
"Contoh, saat membeli barang seharga Rp 100 ribu, kita harus langsung transfer ke rekening B. Maksudnya agar saldo tabungan di rekening A berkurang untuk nantinya membayar tagihan kartu kredit. Jadi, kita terbiasa berpikir, ada uang nggak di rekening B untuk belanja? dengan begitu pengeluaran akan tetap terkontrol."

--> aman cyin.... aku ga punya kartu kredit *sadar diri gampang kalap
 

5. "Mumpung dapat bonus, wajib memanjakan diri, nih"
Soeni setuju bahwa kita harus memanjakan diri agar tidak stress terhadap pekerjaa. Namun, sebelumnya kita juga harus punya bujet dan planning, dong. Sehingga nggak perlu mengandalkan bonus maupun THR untuk bersenang-senang.
"Paling bagus setiap gajian kita punya pos-pos tersendiri, Kalau dulu tahunya tabungan adalah sisa uang jajan, sekarang kita justru menyisihkan dulu dana kebutuhan untuk jangka panjang. Sisanya baru boleh dipakai bersenang-senang."
Sebaiknya, sih, setiap bulan kita menyisihkan Rp 200-500 ribu untuk bersenang-senang sehingga bonus maupun THR bisa disimpan utnuk pengeluaran yang lebih penting dan bejumlah besar.

--> Iya niey suka kalap kalo dapat uang ga rutin gitu *nyengir kuda
 

6. "Beli makanan take away saja. Kan, kalau nggak habis bisa disimpan untuk dimakan lagi"
Yap, ini memang kebiasaan anak kos mengirit pengeluaran, hehehe. Tapi, kalau akhirnya kita malah malas memakannya -- sudah dingin, sih -- ya akhirnya mubazir. Yang lebih murah lagi, tuh, kalau kita sharing makanan dengan teman kost.
"Buat anak kos, bila cuma sendirian, sih, lebih hemat membeli makanan jadi daripada masak sendiri. Nggak masalah juga kalau mau menyisakan makanan buat besok. Tapi akan lebih murah jika kita iuran membeli lauk dan memakannya bareng teman kos -- tinggal masak nasi. Atau sekalian saja masak bareng, pasti lebih hemat, " ungkap Soeni

--> Kalau kayak aku lebih hemat kalau bawa bekal dari rumah untuk sarapan / makan siang di kantor, lebih sehat juga khan yaa, bebas dari mecin :) Bawa buah dan jus sendiri dari rumah juga oke tuh. Jadi kepingin bekal lagi :)

7. "Belanja produk kemasan besar pasti lebih murah dibanding kemasan kecil"
Nggak heran, deh, isi troli belanjaan kita akhirnya penuh dengan barang-barang kemasan jumbo! Padahal, belum tentu, lebih hemat, kok. Apalagi kalau  kita jarang menggunakan produk tersebut.
"Kemasan besar umumnya memang lebih murah, tapi pilihlah yang pemakaiannya sering dan terukur. Misalnya pasta gigi yang pemakaiannya segitu-segitu saja. Akan lebih hemat kalau beli yang besar, " ujar Soeni
Nah, untuk camilan, kita kudu lebih selektif. Memang keripik kemasan besar lebih murah, tapi kalau kita nggak pintar menyimpannya, rasanya bakal berubah, belum lagi kalau malah tergoda untuk menghabiskan dalam waktu semalam, hehehe. So, bijak saat belanja, ya.

--> Setuju banget untuk barang-barang yang digunakan secara rutin beli kemasan besarnya. Selain itu kalau kita udah cocok sama produk tertentu jangan coba produk lain, yang ada malah ga kepake karena ga cocok

Di artikel ini juga ada nice quote gitu.
"Bedakan Antara Kebutuhan dan Keinginan. Tanya kepada Diri Sendir, Apakah kita benar-benar Perlu Membeli Suatu Barang? Harus Bisa Mengendalikan Diri Juga, Dong."

Semoga bermanfaat yaaa :)

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men